Tebus Indonesia Kita
Apa rasanya tinggal di rumah yang statusnya digadaikan, dan
lebih gilanya lagi lo ga tau gimana cara nebusnya, berapa tebusannya dan kepada
siapa lo harus bayar?
Bukan mau sok dramatis, tapi itulah yang gue rasakan
hari-hari ini tinggal di Indonesia, (seharusnya) rumah kita tercinta.
Kalau ini rumah kita, kenapa ada banyak hal yang tidak bisa
kita lakukan didalamnya karena katanya itu sudah bukan hak tuan rumah lagi?
“Jangan sentuh meja itu, sudah dibayar si anu” atau “Jangan pakai kamar yang
itu, sudah milik si itu” Ga asyik banget.
Baru-baru ini gue baca lagi bukunya John Perkins “Confession of
An Economic Hitman” yang membeberkan skenario dunia barat untuk membangun
kerajaan kapitalis dengan menaklukkan negara-negara seperti Indonesia, Panama,
Arab Saudi, dll. Gue juga baru nonton sebuah film dokumenter karya John Pilger “New Rulers of the World” (search youtube aja, thanks to @swertemc
for the tweet) yang menunjukkan betapa teganya kapitalis barat menindas negara2
berkembang untuk menjadi konsumen abadinya, dan yang lebih tega, pemimpin dan
pejabat-pejabat korup di negara2 berkembang itu yang rela menjual negaranya
demi profit pribadi.
Taktik negara2 maju itu sederhana, mirip dengan taktiknya drug dealer sebenarnya. Give em a ‘lil taste, and they’ll beg you
for more. Mereka tau keunggulan mereka di bidang ekonomi, teknologi,
pengetahuan dll, dan mereka tau karakteristik penduduk negara2 berkembang yang
konsumtif dan pengekor trend. Apapun yang “hype” di barat haruslah diikuti dan
ditiru. Masuklah mereka dengan menawarkan “kerjasama” bisnis saling
menguntungkan. Yang awalnya “kerjasama” berubah menjadi “kamu kerja sama saya”
dan kitapun terjebak dan terikat pada hutang segunung yang harus dibayar sampai
entah kapan.
Siapa yang salah? Banyak. Ga akan habis kalau bahas itu.
Siapa yang mulai? Nah ini seru.
Baik buku John Perkins maupun dokumenter John Pilger sama2
menunjuk pada 1 nama yang bertanggung jawab “menyambut” kapitalisme dan
“menggadaikan” negara ini kepada pihak asing.
H.M Soeharto. Presiden ke-2 Republik ini sejak bertahta di
tahun 1966 merobohkan semua tameng pelindung nasionalisasi yang dibangun di era
Soekarno. Berbeda dengan Bung Karno yang “mendamprat” pihak asing dengan
kalimatnya yang terkenal “Go to hell with
your aid” atau “Terus gue harus bilang wow dengan tawaran bantuan lo??”
Presiden Soeharto justru membuka lebar-lebar pintu gerbang Indonesia untuk
masuknya “investasi” asing yang akhirnya menyebabkan kita semua hidup dalam
rumah yang tergadai.
Bung Karno percaya walaupun berat dan lama, bangsa ini
sanggup mandiri tanpa tergantung siapapun. Dia melihat bahwa kita terlalu kaya
untuk berhutang. SDA kita sangat mumpuni untuk mau jadi negara semaju apapun.
Tinggal kita bersabar di pembangunan SDMnya. Pak Harto berpandangan lain. Pihak
asing dirangkul, proyek-proyek strategis seperti tambang, tambak, hutan, media,
jalan tol dibagikan ke anak-cucu dan kroni-kroninya, dan semua yang ada diluar
ring cendanapun gigit jari. Mencoba protes dan bersuara? Keselamatan jiwa Anda
tidak dijamin.
Gue sih lebih kepingin punya Presiden yang berani berpidato
sambil menggebrak mimbar di Sidang Umum PBB ketimbang nunduk-nunduk didepan
petinggi IMF atau World Bank atau World Trade Organization.
Sekarang kita sudah terbelit hutang bergunung-gunung. There’s no such thing as free lunch.
Ketika pihak asing masuk kesini tahun 60’an (mereka sampai bikin rapat besar di
Jenewa dimana semua industrialis AS dan Eropa hadir) mereka datang dengan
proposal kerjasama yang sangat rapi terencana. Rencananya adalah “membangun”
Indonesia dengan teknologi yang mereka sudah lebih dulu punya, dan memastikan
kita akan berhutang selama mungkin. Pembayaran hutangnya tidak selamanya dalam
bentuk uang, tapi juga kebijakan politik luar negeri, regulasi perdagangan, bahkan
posisi strategis di pemerintahan dan keberpihakan politik internasional. Itulah
sebabnya selalu sangat sulit untuk Indonesia bisa berperan aktif di percaturan
politik dunia. Penganut politik luar negeri “bebas aktif” yang sudah kehilangan
kebebasan dan keaktifannya karena sudah dibeli oleh negara donor. pemrakarsa
gerakan non blok yang memang sudah tidak bisa memihak blok manapun karena jelas
sudah dibeli blok barat.
Gue kagum sama Cina. Walau banyak dibenci negara-negara lain
karena arogansi dan kediktatorannya, tetapi dia ga minder sama barat. Cina
punya aturan sendiri, siapapun mau berbisnis disana ya harus ikut aturan main
disana. Itu baru prinsip. Cina berani menatap Amerika di matanya dan bilang “I got the ball, homie”. Kita? Ga tega
gambarinnya.
Yang bisa kita lakukan apa? Lets start simple. Bantu produk lokal untuk bisa berdiri sejajar
dengan serbuan brand-brand luar yang
punya kontrak dengan pabrik disini dan memperlakukan karyawannya dengan tidak
layak. Banyak pabrik disini (sebagian besar di Tangerang, Bekasi dan Karawang)
yang memproduksi produk pakaian dan sepatu untuk Nike, Adidas, GAP dll (GAP
adalah yang terbesar jumlah produksinya menurut John Pilger) dan membayar
karyawannya sangat rendah, tanpa lingkungan dan fasilitas kerja yang memadai.
Mereka bekerja bisa sampai 18 jam sehari saat kejar target ekspor di ruangan
beratap rendah tanpa AC/ventilasi. Tidak boleh ambil libur, dan tidak pernah
diberitahu hak-haknya oleh perusahaan. Serikat buruh disinipun belum sekuat dan
disegani seperti di Eropa misalnya. Bayangkan, untuk sepasang sepatu lari
seharga Rp.1.299.000 pengerjanya hanya dibayar kurang dari Rp.30.000 perhari.
Seandainya brand-brand lokal bisa sebesar mereka. Jutaan
pekerja bisa tertampung, dan bekerja untuk sebangsanya sendiri dan gue berharap
akan diperlakukan jauh lebih baik dari sebelumnya. Asal lo tau, sebagian
produk-produk internasional, termasuk yang lo beli saat lo jalan-jalan diluar
negeri, dibuat di Indonesia oleh buruh saudara2 sebangsa kita yang dibayar
sangat murah. Ayo besarkan karya-karya lokal, paksa dunia membeli produk kita
karena kita bagus! Ayo tebus lagi bangsa kita supaya anak-cucu bisa lahir di
negara tak berhutang. Gue ga munafik, gue juga masih punya dan akan tetap
membeli produk-produk brand luar
karena faktor kebutuhan. Tapi gue juga sudah mulai untuk memprioritaskan produk
lokal, dan selalu berusaha bantu mempromosikan produk lokal. Jangan bangga
membabibuta dengan nasionalisme sempit. Bangga jadi lokal bukan berarti lo
diharamkan menggunakan bahasa Inggris/asing. Realistis aja, 1 planet ngomong
pakai bahasa itu. Justru kita taklukkan mereka dengan bahasa mereka sendiri.
I’m Indonesian, man! And I’m proud J
PS: Shoutout to Indonesian women: You are the best!!
Sesuatu untuk dilihat: http://bit.ly/EFAproject28
Wah, gw respek dgn pendapat lu utk membeli brand lokal spy bs sejajar dgn brand luar negeri :) sy jg pelaku UKM bidang handicraft, dan pnya visi mengembangkn produk lokal dgn basis mendaur ulang barang2 utk jd kerajinan. Smga sukses bang Jflow di dunia musik & Caririca-nya :D
BalasHapusSalut juga dengan usahanya, maju terus!
BalasHapusThe nature of neo-liberalism. We're raised in it so ayo tunjukin bahwa even if we cannot deny we love their products(for the shake of things), we love ours even more(for the shake of anything)!
BalasHapusanyway, aku suka "Jangan bangga membabibuta dengan nasionalisme sempit". Memicu orang yang baca buat berfikir...lebih...hehehehe..Salut!!!!
great idea dengan gerakan mendukung brand lokal, tapi kenapa PS nya harus begitu ka josh? hahahaha :p
BalasHapussetiap ngomongin Indonesia lebih dalem pasti rasanya miris banget...entah kenapa ya, gw cinta banget sama negri ini, tapi gw ngerasa ga banyak hal yang bs gw lakuin buat bangsa gw sendiri..bingung aja, ni bangsa terlalu luas dan terlalu bagus sebenernya (dalam segala hal)
BalasHapusgw setuju banget sama semua opini elu bang, dan semua balik ke diri kita..
kalo menurut gw, hal yg paling simpel emang melakukan perubahan yang diawali dr diri sendiri...perubahan apa itu, ntar juga masing2 bakal tau sendiri apa yang harus dilakukan... "berubahlah maka keadaan disekitar pasti ikut berubah" dan perubahan tersebut harus ke arah positif... gw juga lagi berusaha dan ga mau terlalu banyak omong...takut ditagih buktinya...
God bless Indonesia
ka joshiii..kamu keren bgt.
BalasHapusbtw, kamu punya bisnis gak kak josh?